Rabu, 31 Desember 2008

Kulminasi Dalam Lumpur

Desember, Rabu 24 2008

Titik kulminasi, sebuah titik yang saya sebut sebagai pencapaian akhir dari sebuah perbuatan. Sekarang saya tenggelam dalam sebuah fase kulminasi. Tersudut seperti menunggu mati atas segala kepahitan asa. Terpilihnya saya sebagai komandan tak bernyali kadang membuat saya bertanya-tanya mengapa orang2 memilih saya padahal mereka justru menginjak, menghina, dan meludahkan cercaan pada saya. Apa mereka ingin saya terhina, atau ingin saya mati??
.

Ditengah keterjebakan saya dalam lumpur hinaan, saya mulai ditimpuki oleh kenyataan pahit mengenai kebersamaan. Orang-orang intelek di tempat saya menuntut ilmu selalu menggaungkan slogan2 kebersamaan. Namun, seseorang pastilah menginginkan hal yang terbaik untuknya, meski harus melemparkan kebersamaan. Arti dari kebersamaan justru saya dapat dari orang2 yang saya tidak kira. Saya tenggelam sendiri dalam kebodohan saya akan ideologi kebersamaan. Kadang terbersit ucapan anjing2 buduk yang mengatakan kalau kebersamaan hanyalah kedok bagi orang2 yang ingin mengunyah kesuksesannya sendirian.
.
Pikiran saya terlempar akan pencarian kebahagiaan tiada berujung. Pengorbanan yang sudah saya anggap maksimal justru dibayar dengan egoisme mereka yang ingin menang sendiri. Saya terengah-engah memburu napas kasih sayang, namun sekali lagi dunia terlalu keras untuk diukir. Apakah ada putra dan putri Adam lain yang merasakan hal yang sama? Merasa kehilangan harapan dan jembatan kepercayaan akan dunia yang bahagia, dan terbentur oleh dunia yang gelap, dingin dan tidak bertuan ini?
Kadang, dalam gelapnya kesendirian yang menyelimuti dan berusaha membunuh saya, saya melihat titik-titik cahaya harapan berlompatan diujung sana. Namun, seolah fatamorgana, mereka lenyap begitu tangan-tangan kurus ini berusaha menggapainya. Kembali, saya tenggelam.
.
Apakah saya harus menjadi egois untuk bisa menang? Melupakan segala kebersamaan dan menutupi diri dengan kedok kebersamaan padahal mulai menusuki orang-orang yang saya sebut kawan untuk menggapai tangga kesuksesan dan menelan cahaya keberhasilan?|
Itulah manusia. Dan saya juga manusia. Saya sadar mengutuk dan mencerca mereka sama saja dengan mencerca diri sendiri. Saya juga pasti melakukan hal-hal itu, baik disengaja atau tidak. Karena itulah kodrat saya sebagai Putra Adam yang terusir dari Surga. Saya bukan malaikat yang sepenuhnya berbuat baik, namun saya juga bukan iblis yang telah tenggelam dalam kejahatannya karena dengkinya sendiri. Saya ini hanyalah bocah debu yang berusaha menggali arti hidup, meski terapung sepi.

A muddy humiliation comes over my head
Blanketed me inside

Slash me out in disappeared moment

I reach their frozen faces

to ask the hand of love

But, nothingness smiles to me

I'm aware

Even they're far away

I will never be slept on the rock

As a dust

Fly alone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar