Rabu, 31 Desember 2008

Esensi Cokelat mengenai Kehidupan

Esensi dari sesuatu hal merupakan hasil pandangan yang pastinya akan berbeda-beda setiap jiwanya. Seperti hidup ini misalnya. Atau dalam kesedihan dimana hanya diri kita sendirilah yang mengerti kesedihan kita secara menyeluruh. Meskipun orang lain mengatakan “ Tenang aja. “ atau “ Aku juga pernah ngerasain hal yang sama ama kamu. “
Namun kesedihan setiap orang itu berbeda-beda. Mungkin…
Hal ini berkaitan dengan timbulnya pertanyaan mengenai esensi persahabatan yang sebenarnya. Maksud saya, seberapa eratpun persahabatan seseorang, tidak akan ada orang yang akan benar-benar paham secara menyeluruh mengenai rasa sakit, luka, atau kesedihan yang dialami seseorang lainnya. Misalnya, seberapa banyak pun teman atau kerabat seseorang di dunia, ketika dia meninggal tentunya akan ada kesedihan yang mendalam di hati para kerabat dan temannya itu. Namun, dunia akan terus berputar dan kesedihan itu akan terhenti sendiri.
Betapa pun dalamnya kesedihan yang kita alami, dunia akan terus berputar. Senyum dan tawa pasti akan terus bergema sementara luka abadi dalam hati akan terukir dengan pahitnya. Tidak ada yang patut dipersalahkan, yang ada hanyalah sesuatu yang harus diperbaiki.
Pandangan mengenai kebahagiaan, amarah, rasa takut, kesedihan, kesendirian maupun berbagai konsep abstrak lainnya dalam hidup pasti akan berbeda-beda di setiap orang. Namun, pada hakikat dasarnya, setiap orang pasti menginginkan yang terbaik untuk dirinya sendiri. Seseorang pasti tidak akan mengambil hitam kalau putih masih ada. Untuk apa orang-orang mau merasa sedih apabila kebahagiaan itu bisa diraih. Nisan seseorang akan terukir beku dengan jiwa di alam sana yang sendirian dan melebur dalam gelap sementara dunia ini akan terus bergemerlap ria dengan tawa canda dan kebahagiaan yang tiada hentinya dan akan terus menghiasi kehidupan manusia. Suatu ironi dalam metafora kehidupan.
Adakah Teman sejati? Sahabat sejati? Cinta sejati? Yang benar-benar mampu memahami dan merasakan kesedihan yang kita rasakan secara menyeluruh. Tidak hanya melagukan kalimat hiperbola. Namun menyejukkan hati walau dalam alunan ironi.

World will run as well as the sun rises everyday
Whereas this pain is still carved on the deepest feeling
No matter when day burns, night frozen, life will walk on his side
As a candle in the darkness, this sense is fading away
As a piece of stone on the blowing river, I feel so numb
But, there is a hope on the edge of my endless way to care
In the end of rain tonight, I don’t want to feel that I am alone

Tidak ada komentar:

Posting Komentar