Jumat, 24 Agustus 2012

Dalam Diskusi


Diskusi, ngobrol, sharing, debat atau apapun jenis pertemuan dua orang atau lebih yang berfokus pada proses argumentasi selalu punya identitas masing-masing. Tergantung orang di dalamnya. Nah, saya mau mencoba sharing tipe-tipe orang dalam diskusi. Ini pendapat pribadi, pasti banyak kekurangannya. Semoga bermanfaat.

Tipe pertama, dalam beberapa ngobrol, kita bisa menemui beberapa jenis orang yang mengemukakan ‘kehebatannya’ terlebih dahulu. Orang jenis ini biasanya menggunakan referensi dan istilah yang ia kuasai sendiri. Orang ini kadang membawa pendahuluan, cerita, dan lelucon yang kadang kurang substantsial pada diskusi. Ia hanya merasa perlu membawa diskusi itu sesuai pendapatnya. Poin akhir dari diskusi dengan orang seperti ini biasanya bukan kesimpulan diskusi, melainkan sejauh mana porsi argumen pribadinya bisa dijadikan kesimpulan bersama. Ciri khasnya, ia biasa menambahkan ‘iya, gak..’ diakhir pendapatnya. Kadang imbuhan itu ia ulangi sampai peserta diskusi lainnya manggut terpaksa.

Tidak ada salahnya berdiskusi dengan orang seperti ini. Sejujurnya, orang kayak gini bahkan dibutuhkan. Menurut saya, argumen menarik itu harus dapat dipertahankan dan bisa menetralkan negasinya semaksimal mungkin, terlepas dari seberapa arogan dan annoying orang yang membawakannya. Tetapi orang seperti ini memang perlu diingatkan pada kadar tertentu. Sayangnya, kebanyakan orang sudah menutup telinga terlebih dahulu terhadap pendapat orang yang digolongkan sebagai orang arogan atau annoying ini. Sejauh saya mengikuti dan mendengar diskusi, tipe seperti ini paling banyak di masyarakat.

Ada juga tipe orang yang cenderung manggut sana-sini. Tidak punya titik berpijak dalam diskusi. Biasanya orang ini sering mengucapkan ‘iya, maksud saya juga gitu… ’ Orang seperti ini juga tidak memiliki poin akhir untuk mencapai kesimpulan diskusi, melainkan keamanan posisinya dengan argumen mayoritas pada akhir diskusi. Orang seperti ini juga punya kebiasaan lain yaitu suka ‘menengahi’ dan ‘menyimpulkan’, padahal diskusi belum runcing dan belum pantas disimpulkan. Tipe kata yang biasa dipakai itu ‘yaudah, jadi intinya..’ ketika diskusi belum terasa cocok mencapai inti. Tipe yang seperti ini lebih enggak asik dari tipe yang pertama disebut tadi.

Sebenernya paling asik diskusi sama tipe yang ketiga. Orang yang berpengetahuan, tapi enggak sok. Orang yang punya tujuan akhir berupa kesimpulan akhir. Orang yang siap dibenci karena mengemukakan kemungkinan terburuk (yang enggak lebay) dari sebuah argumen tapi juga nyantai dalam pembawaan argumennya. Tanpa diminta, biasanya kita akan manggut-manggut tanpa sadar. Orang seperti ini akan bicara ketika ia sudah siap bicara dan menanggung negasi dari pendapatnya. Karena ia memiliki tujuan akhir berupa kesimpulan diskusi, orang seperti ini enggak akan marah, kecewa, apalagi ngambek ketika pendapatnya berhasil dinegasikan. Tidak harus berkarisma seperti pemimpin atau sangat berpengetahuan luas, tetapi yang dibutuhkan adalah kemampuan memulai topik, menggabungkan serta menyikapi argumen yang ada. Dibumbui dengan pembawaan yang khas, tipe seperti ini sangat menarik dalam diskusi.

these guys have been experimenting with music for over a decade. that rocks!


Kesimpulannya? Penggolongan orang dalam diskusi ini dapat dipakai untuk mendapatkan poin inti dari argument seseorang sesuai daya terima kita masing-masing. Akan tetapi, suatu kesalahan besar ketika kita sudah menutup kuping terlebih dahulu karena penggolongan kita dalam diskusi. Lagipula, seemas apapun kesimpulan akhir dari suatu diskusi, maka akan sia-sia ketika tidak ada realisasi nyata dari hasil diskusi itu.Dan satu lagi, berdiskusi dengan teman dekat itu mengasyikkan. Mari berkarya! Mari perbanyak teman! :D

Kalian masuk tipe yang mana? Atau ada tipe lain yang pernah kalian jumpai?


...


Anyway, ditengah demam k-pop dan musik synthetizer zaman sekarang, banyak juga Band Rock yang rilis album atau single.

Yang worth-listened (menurut saya) antara lain:

Linkin Park – Living Things (2012-released Album)
One Ok Rock – The Beginning (single)
Soundgarden – Live to Rise (The Avengers’ OST)
Three Days Grace – Chalk Outline (Album: Transit of Summer)
Hoobastank – This is Gonna Hurt (Fight or Flight)
Green Day – Oh, Love (UNO)
Papa Roach – Still Swingin’ (The Connection)
Yellowcard - Always Summer (Southern Air)
Muse – Madness (The 2nd Law)
Seether – Sympathetic (One Cold Night)

Would you like to share your list? 

Senin, 20 Agustus 2012

The Conversation


Apa tujuan lo kuliah? – M. Alifa Farhan, seorang teman baik, (bukan) ustadz,

Diawali dengan pertanyaan tersebut saat kunjungannya ke Depok, Alif senang sekali untuk berbagi cerita dan pengalaman. Dalam sesi ngobrol itu juga ada Rahmi, teman satu SMA yang juga seorang optimis muda, sama seperti Alif. Kami bertiga ngobrol banyak hal, mulai dari niat kuliah, defining happiness, kebijakan pers, hingga hal-hal mistik. Dan seperti diskusi bersama teman CM, khususnya DerCG, lainnya, kita tidak hanya saling mengangguk untuk mengiyakan. Kita saling menimpali opini, tapi bukan menghakimi dan hal itulah yang membuat suatu diskusi menjadi lebih berbumbu, tidak hambar dalam datar maupun tidak rigid dalam takut.

Ada hal yang saya kira bermanfaat dari diskusi kami. Dalam pencarian ilmu, Alif (yang saya lupa sumbernya) bilang bahwa ada tiga jenis pengetahuan yang kita cari selama kita belajar.
1. Basic Knowledge: ilmu dasar yang diajarkan secara umum. Semisal, pelajaran matematika, fisika dan lainnya untuk rumpun sains. Bahasa, kewarganegaraan dan sebagainya. Ilmu dasar ini penting karena ilmu inilah yang menjadi pondasi dari ilmu selanjutnya yang akan kita pelajari. 
2. Specified knowledge: ilmu jenis inilah yang membedakan satu pelajar dengan pelajar lainnya. Semisal, prinsip dietetik tentunya harus diketahui lebih baik oleh seorang ahli gizi untuk membedakan ahli gizi dengan profesi kesehatan lainnya. 
3. Additional knowledge: ilmu tambahan yang dapat menjadi aksesoris penguat kualitas intelegensi dan karakter kita sebagai seseorang. Semisal, pengetahuan public speaking dan kemampuan menyampaikan pendapat.

Dari sinilah, kita bisa mendapatkan motivasi untuk belajar di ruang kelas selama perkuliahan karena pada saat itulah specified knowledge kita dipupuk. Dan ketika kita tahu bahwa perkuliahan memiliki andil besar dalam pemupukan specified knowledge, maka secara otomatis kita dapat terdorong untuk belajar dalam rangka pembentukan jati diri profesi yang lebih baik. Demikian papar Alif.

Ohiya, dari sekian banyak hal (kurang) penting yang kita diskusikan, ada satu hal yang menarik untuk ditulis, yaitu bagian mendefinisikan kebahagiaan. Dimulai dari pertanyaan karir, (kalau gak salah ya), Alif mungkin memulai karir di dunia Marketing, Rahmi di dunia jurnalistik dan saya di dunia lain eh.. maksudnya dunia kesehatan. Lalu bebicara karir sendiri, kami membahas prioritas karir pribadi atau manfaat dalam nantinya bekerja. Salah seorang dari kami memulai opini bahwa menanjakkan karir pribadi akan menunda manfaat kita sebagai individu. Tetapi, kita juga harus menyadari bahwa harus ada penguatan kapasitas diri untuk memberikan manfaat yang lebih besar. Semisal, kontribusi dari seorang mahasiswa akan berbeda dengan kontribusi seorang lulusan doktor, baik dari segi dimensi, kualitas, maupun kuantitas.

Seperti biasa, akhir diskusi selalu diiringi dengan letupan semangat untuk menyusun rencana perbaikan diri (meski perjalanannya berbeda). Kami pun dapat dikatakan sepakat untuk menjalani hal yang kami percaya dan selalu memperkuat karakter diri sendiri. Terlepas dari jalan karir yang nanti kami masing-masing ambil, kami percaya untuk saling mengingatkan dan berbagi dalam kebermanfaatan. Dan dalam langkah menuju hal tersebut, saya bersemangat untuk memulai eksplorasi diri seperti yang dua teman saya ini sudah mulai.  Jadi, ayo mulai! :D


just the voice like a riot rocking every revision





Ada banyak hal dari ngobrol kami malam itu, tidak hanya yang ditulis di catatan ini.