Sabtu, 03 Januari 2009

Cokelat, Image and Figure

Banyak orang mengatakan bahwa penampilan itu penting. Kesan pertama yang muncul dari seseorang adalah karena penampilannya. Nah.. bagaimana dengan kesan kedua, ketiga, hingga seterusnya ? Apakah penampilan akan terus menjadi bungkus seseorang dalam pergaulannya ? Atau ada sesuatu yang lebih penting dari penampilan yang akan memberikan great impression bagi seseorang ?
Begitulah, putra-putri Adam dan Hawa cenderung mempermasalahkan penampilan mereka sebagai cerminan bagi diri mereka sendiri ataupun orang lain. Jika kita ibaratkan, penampilan hanyalah bungkus bagi seseorang. Sedangkan yang berperan sebagai kepribadian seseorang itu sendiri adalah sesuatu dalam diri seseorang itu sendiri. Penampilan atau Image atau Imej seringkali dijaga, bahkan ditingkatkan kualitasnya oleh kebanyakan orang. Ada istilah Jaim (Jaga Imej), yang kurang lebih ditujukan untuk menjaga penampilan dan cenderung mengubur jati diri. Imej bagi saya kurang lebih adalah sosok dua dimensi yang berperan dalam kepribadian seseorang. Imej hanya menutupi atau menyampul kepribadian seseorang tanpa membentuk kepribadian seseorang itu sendiri. Imej akan memberikan kesan pertama bagi orang lain. Namun, jika hanya imej yang ditingkatan, kepribadian seseorang bahkan tidak akan berkembang.
Lantas, apa yang seharusnya dipupuk oleh seseorang agar membentuk kepribadiannya ? Jika imej hanyalah sosok dua dimensi, maka kita dapat ibaratkan sebagai lukisan. Maka patung adalah sosok tiga dimensi, dan dalam bahasa lain dapat disebut dengan figure atau figur. Figur, secara tidak disadari adalah bahasa lain untuk kepribadian. Figur adalah sosok tiga dimensi abstrak yang tidak terlihat secara langsung dalam kesan pertama. Namun, figur adalah pembentuk karakteristik seseorang. Meski tidak kelihatan, figur adalah fondasi dalam diri seseorang. Tentu saja yang namanya fondasi tidak akan terlihat oleh umum, namun akan berperan dalam ambruk/kokohnya suatu bangunan. Jadi selain peningkatan imej atau kualitas penampilan, kualitas figur juga harus ditingkatkan. Konsumsi untuk peningkatan figur akan berbeda dengan kebutuhan untuk peningkatan kualitas imej.
Pernah terjadi dialog yang seru antara saya dan sahabat saya. Kami memperdebatkan manakah yang lebih penting antara Imej dan Figur. Dia mengatakan Imej itu penting karena Imej yang membentuk first impression seseorang. Sedangkan saya dengan pemikiran agak menyimpang mengatakan ada sesuatu yang lebih penting dari imej. Saya yang masih berpikir, kata apa yang cocok untuk bentuk abstrak yang lebih penting dari imej dan membentuk kepribadian seseorang. Jadi, dengan setengah bercanda saya mengungkapkannya sebagai figur. Saya agak senang dengan filosofi. Filosofi dalam bentuk kata mutiara memutar kata-kata umum dan biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari menjadi kumpulan kalimat yang memiliki makna terselubung serta nilai yang lebih tinggi dan nikmat untuk didengar. Pada akhirnya figur dan imej harus sama-sama dipupuk. Sahabat yang lebih dari sekedar sahabat ini telah menumpahkan opininya dalam peningkatan imej. Dan saya sendiri menuangkan opini saya dalam definisi dan peran figur. Karena banyak orang mengatakan kita membutuhkan figur pemimpin, figur ayah yang baik. Bukan imej pemimpin, atau imej ayah yang baik.
Setelah itu, sahabat saya berbincang dengan guru yang sudah menjadi teman bertukar pikiran dengannya. Guru yang sekaligus guru saya itu mengatakan bahwa ada sesuatu yang penting dalam diri yang disebut dengan imej internal. Hanya berbeda huruf saja, saya pikir. Mungkin maknanya tidak jauh berbeda. Sahabat saya ini telah memberikan masukan yang penting dalam opini ini.
Pemupukan imej tanpa peningkatan figur hanya akan membentuk kepribadian yang kehilangan jati diri yang sesungguhnya. Lingkungan yang mengendalikan orang dengan tipe seperti ini. Orang ini akan menjadi lemah. Meski imej yang dipupuknya menjadi imej yang lebih baik dan disukai orang lain, orang seperti akan sadar pada akhirnya bahwa ia tidak mempunyai tujuan.
Bagaimana dengan orang yang meningkatkan figur tanpa peningkatan imej ? Orang seperti ini seperti orang misterius yang mencari jati dirinya. Ia akan sulit dipahami oleh orang lain, karena tujuannya adalah menjadi bermanfaat untuk orang lain. Namun, orang seperti ini sedikit memikirkan dirinya sendiri untuk menggapai cita-cita sesuai ideologi dalam figurnya. Jadi, pada akhirnya figur dan imej merupakan satu kesatuan yang seharusnya dipupuk secara adil (bukan sama) untuk mencapai keseimbangan jiwa dan menemukan jati diri yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, tulisan ini hanyalah deretan huruf tak berpola yang menjadi media opini otak penulis. Semua yang dituliskan adalah konsep abstrak kehidupan. Pada kenyatannya nanti, kita sendirilah yang menentukan jalan kita sendiri. Semoga figur dan imej yang ditulis diatas dapat menjadi refleksi dalam kepribadian kita.
.
Salam cokelat hangat....
Hh,,, Liburan udah abis
School... I get back!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar