Jumat, 20 Mei 2011

Perpustakaan

Perpustakaan SMA merupakan perpustakaan yang benar-benar perpustakaan bagi saya. Saya ingat perkataan guru bahasa Indonesia SMP saya bahwa pusat dari suatu sekolah merupakan identitas sekolah tersebut. Pada sekolah negeri reguler, perpustakaan seharusnya menjadi pusat area sekolah. So far, Cahaya Madani menempatkan perpustakaannya di area yang strategis.

Pertama kali saya bermalam di asrama, saya mengunjungi perpustakaannya dan saya terkejut kagum dengan koleksi buku di perpustakaan SMA. Buku-buku di sana tidak hanya buku-buku pelajaran untuk sekolah unggulan seperti yang saya bayangkan. Buku-buku yang saya kenal namanya seperti The Queen of The Damnednya Anne Rice hingga beberapa buku Agatha Christie ada di sana. Buku Harry Potter dari The Sorcerer’s Stone hingga Half-Blood Prince ada di sana (Deathly Hallows ada pas kelas tiga SMA) Da Vinci Code dan Angels and Demons tidak ketinggalan ada di sana. Saya tidak membaca semua buku yang saya kagumi tersebut, tetapi untuk anak yang belum pernah menemui koleksi buku sekeren itu, saya senang. Kemudian, satu hal dari SMP yang saya gemari yaitu Ensiklopedia, juga ada dan lebih lengkap di perpustakaan SMA. Britannica dan Americana sekali-kali saya otak-atik untuk mencari informasi intermezzo ditengah mengerjakan tugas. Hal yang menyenangkan dari membaca ensiklopedia adalah ketika saya selesai membaca satu entri, maka saya melanjutkan pada suggestion yang ada di akhir entri tersebut hingga informasi yang saya baca seperti rangkaian buku cerita yang saling terkait dan menemukan ujung lain untuk dibaca.

Saya sering menghabiskan waktu ketika perpustakaan SMA dalam waktu kosong. Membaca di tengah ruangan dengan meja persegi yang besar dengan siluet pagi atau senja yang menembusi kaca-kaca perpustakaan. Terdengar sayup suara anak-anak satu sekolah di kejauhan. Pada saat hujan, ketukan dari tetes air langit yang turun biasanya mengiringi sapuan mata saya pada barisan huruf yang saya baca.

Sebenarnya, Almarhum paman saya yang mengenalkan minat baca pada saya. Ketika paman mendapatkan pekerjaan, menikah dan tinggal di Depok, paman pulang ke Rumah nenek sekitar sebulan sekali. Ketika paman menginap di rumah nenek, biasanya saya dan adik saya ikut menginap dan pada malam harinya kita pergi di ajak ke pusat perbelanjaan. Paman jarang melewatkan kunjungannya ke toko buku dan mulai memilih untuk koleksi pribadinya. Saya dan adik saya pun dibiarkan memilih buku yang kami sukai untuk dibeli. Paman memiliki keinginan untuk memiliki perpustakaan pribadi. Koleksi buku-bukunya ada dirumah nenek dan nenek saya senang sekali jika saya datang untuk meminjam dan membaca buku-buku tersebut. Kata nenek, hal itu akan membuat paman senang karena bukunya di baca.

Saya rasa keinginan untuk mengumpulkan buku itu menular pada saya. Ada keinginan untuk membangun perpustakaan pribadi di rumah saya nanti. Saya ingin membiarkan anak-anak sekitar rumah ikut merasakan minat baca mereka terpenuhi. Ilmu pengetahuan pada buku merupakan hak mereka, bukan hak sebagian orang yang dapat membeli dan mengoleksi buku. Akses dan persepsi perpustakaan yang hanya untuk orang bersekolah saja juga harus dikikis. Semoga itu bisa terwujud.

1 komentar: