Minggu, 26 Februari 2012

Terperangkap Tubuh

my body is a cage

Ada momen-momen tertentu di mana seseorang merasakan kebosanan, tetapi bukan kebosanan seperti menunggu dalam antrian belanja atau lainnya, melainkan kebosanan yang menggumpal dalam kejenuhan dan dapat berubah menjadi kulminasi diri untuk menyalahkan lingkungan. Sebuah rasa berontak untuk melawan keterbatasan diri secara abstrak. Tubuh yang tersusun dari sel hingga sistem organ ini menjadi sangkar pengekang sebuah jiwa yang ingin lepas.

Lingkungan yang statis dalam kesalahan. Keteraturan yang tidak harmonis yang justru membekukan daya terbang imajinasi diri hingga pikiran diri ini berkonklusi bahwa tidak ada salahnya untuk mengunci diri dalamnya kebosanan hati dengan lukisan senyum dan tawa palsu untuk ditebar dalam hari. Daya dan keinginan untuk melakukan sesuatu itu selalu bergejolak karena didorong oleh kejenuhan. Lalu, logika berusaha menahan perasaan agar gejolak tersebut tetap pada garis yang seharusnya. Logika menjaga perasaan agar tidak berusaha melepaskan jiwa yang bosan dari daging yang membungkus ini.

my mind holds the key

Namun, keinginan yang bergejolak itu selalu datang dan pergi. Datang dengan amplitudo gejolak yang lebih tinggi dari sebelumnya karena kebosanan terhadap lingkungan yang mulai menggerogoti logika hingga mulai busuk. Tidak ada dinamika dalam gerakan yang ada dari matahari terbit hingga tenggelam. Pertanyaan mengenai moralitas hanya disanggah dengan cibiran. Pertanyaan mengenai Dia dianggap pelanggaran teritorial iman. Pertanyaan mengenai perasaan hanya disandingkan dengan ejekan tak bermakna.

Memaang ada saat waktu itu berharga dan bermakna. Hangatnya kenangan indah yang sangat menyenangkan bila diputar ulang, tetapi itu merupakan jarak terjauh untuk mencapai kebahagiaan. Karena kebahagiaan itu menyakitkan pada akhirnya. Lalu, momen yang menjenuhkan itu berputar kembali, hidup di sekitar kita tanpa dinamika. Kesombongan karena prestasi menjadi konsumsi lumrah. Penyakit ketergantungan dan para pengecut yang bersembunyi di balik nama besar. Bumi seolah dimaklumkan untuk rusak dan hancur. Rasa ingin memperbaiki tidak lain adalah arogansi segelintir makhluk fana yang merasa berkelas. Menggerus arti. Segala sesuatu tidak bermakna. Dangkal.

set my spirit free

Jiwa yang bergejolak ini pun semakin berontak. Kebosanan yang memuncak karena mengunci diri tak lagi mencukupi. Senyum dan tawa palsu sudah kering untuk ditebar. Jiwa yang meronta untuk lepas dari tubuh fana ini tak mampu lagi ditahan logika. Memburu kebebasan. Meninggalkan kejenuhan. Melepaskan diri dari sangkar. Berharap menemukan makna.


nothing to blame but self




...




find a way :)


Peter Gabriel - My Body is A Cage

Tidak ada komentar:

Posting Komentar