Talk about feelings, biasanya diserempetkan pada hal-hal yang mengundang ‘cieee’ atau #eeeaaa. Funny, tapi apa perasaan orang sebatas itu doang? Ngelakuin sesuatu yang baik, through social network or even in reality juga gak lepas dari ciee atau eeaa. Padahal mungkin ada maksud yang lebih besar dari itu. Maksud menjaring sahabat, memperluas pertemanan. Karena ya, sampai sekarang saya masih nganggep hubungan persahabatan merupakan hubungan dengan kasta tertinggi sebelum ikatan sakral pernikahan. Ya, beberapa orang masih mikir begitu. Dianggap kuno? Selama gak singgungan fisik ya santai aja.
Then talk about society itself. Gak bisa dipungkiri ada grouping dalam tatanan masyarakat. Level apapun itu. People divided into groups, group identified in specialty and specialty requires things. Personally, saya agak tercengang ngeliat specialty dan perbedaan yang bisa dihasilkan tatanan masyarakat. Bahkan untuk komunitas yang pernah bareng-bareng selama tiga tahun di area edukatif sekalipun bisa pecah atau retak karena specialty itu. Jadinya, orang yang mempertahankan biar specialty itu gak ngaruh ke komunitas mereka bakal jadi orang yang berat upayanya karena bisa jadi specialty yang ditemuin orang lain dianggap sebagai identitas mereka di komunitas barunya. Simpelnya: “Eh, sekarang si itu begitu ya.” dan “Ya wajarlah, namanya juga itu.”
People call it growing up. Mungkin proses pendewasaan namanya, dimana proses pertemanan bakal terseleksi dan kita gak bisa bareng semua orang. Iya juga sih. Happiness between adolescence and childhood would be a different thing. As a child to chase a flown bubbles or a kitten sleeps in deep innocence after slurping milk, Happiness is relative. It's happiness because we want it to be. Gak bisa dipaksain juga.
kucing dengan banyak gaya. yang penting hepi :3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar