Alhamdulillahirabbilalamin
..
Saya berhasil lulus UN
bgtu juga para awak Der Crux Generation
..
But, there's another story behind
...
...
Awalnya pengumuman UN mau dilaksanain tanggal 26 Mei, hari senin. Hari itu jadi hari yang thrilling banget buat semua civitas akademika. Termasuk saya. Penantian panjang yang kami dapatkan (formal? iya deh). Hingga akhirnya penantian itu disiram dengan sebuah pengumuman bahwa hasil UN akan diumumkan keesokan harinya. Pengumuman itu benar-benar menimbulkan kegelisahan baru
.
Well, sehabis dzuhur dan makan siang.Saya mengacu langkah menuju kamar. Mengusahakan diri untuk tidur dengan perasaan yang masih sangat tidak tenang. Akhirnya diri yang rebah ini tidur.
Tidur dengan perasaan yang gelisah, membuat saya bangun agak jauh sebelum Ashar.
Gak tau kenapa, saya punya keinginan untuk adzan. Saya pergi ke masjid. Dengan suara seadanya, saya kumandangkan adzan. Dilanjutkan dengan shalat sunnah dan syair Abu Nawas yang dalam artinya itu. Sebuah permohonan doa dari lubuk terdalam seorang insan dengan perasaan akan lumuran dosa yang dalam. Syair penuh arti yang dilantunkan di bumi madani.
..
Ketika shalat Ashar selesai, saya menyadari ada seorang Bapak dengan seragam PNS yang shalat di sebelah saya. Saya berpikir bahwa Bapak itu mungkin pegawai Balai yang mungkin sedang ada rapat hingga harus shalat Ashar di masjid ini. Tetapi, perasaan terkejut menyeruak ketika saya menyalami dan memegang tangannya. Saya melihat wajahnya. Sesosok wajah yang tidak asing lagi. Selalu saya kenal. Dia seseorang yang menjadi suami ibu saya. Saya benar-benar gak nyangka Bapak datang ke sekolah.
Kami berjalan ke luar masjid.
Saya : "Pak. Tumben ke sekolah?"
Bapak : "Mau liat hasil Ujian Ican."
Saya terkejut karena saya tidak menelepon rumah sebelumnya. Kedatangan Bapak di tengah kegalauan saya akan hasil ujian. Saya tidak menemukan tempat untuk berbagi kegelisahan ini karena saya tahu bahwa kegelisahan ini bukan hanya saya yang merasakan. Dan saat itulah Bapak sebagai seorang Bapak, datang.
Saya :" Ada pengumuman, katanya besok Pak."
Bapak :"Oh. Yaudah Bapak pulang aja."
Saya :"Eh.. Ntar lah pak. Ke Bu Toto aja dulu."
Saya merasa ingin mengobrol mengapa Bapak datang ke sekolah untuk melihat hasil UN saya.
Di Warung Bu Toto.
Saya : "Bapak langsung datang dari Kantor?"
Bapak :"Iya. Mama nanyain. Orang rumah juga pada pengen tau."
Bu Toto : "Ia tuh A. Tadi si Bapak dateng, terus denger suara adzan. Ibu bilang aja itu adzan si Aa ke Bapak."
Bapak :"Yah. Bapak juga sekalian shalat ashar. Terus hasilnya besok?"
Saya : "Mungkin besok."
Bapak :"Ya udah. Tadi si mamah nanyain terus. Telepon dulu aja."
Setelah bunyi dengung lalu terdengar suara wanita agar serak di ujung sana.
Mama : "Gimana hasilnya, Can?"
Saya : "Belum Ma. Insya Allah besok."
Percakapan itu berlanjut dengan suara serak yang hampir mendekati tangis dari Mama saya. Mama saya sedang tidak sehat kondisinya selama beberapa hari ini. Percakapan itu diiringi dengan doa dan restu Ibu untuk anaknya.
Setelah beberapa menit di warung Bu Toto. Bapak pun pulang. Langit berkanvas kelabu dengan gumpalan awan yang meneteskan titik kecil. Sore itu setengah gerimis. Sesuai menyalami Bapak, Saya hanya bisa melihat Bapak dengan motornya menembus tetesan kecil dan menjauh. Masih dengan seragam dan perasaannya yang belum terpenuhi jawaban akan hasil Ujian anaknya.
..
That's unpredictable
Saya tidak mengira bahwa orang tua saya dan keluarga saya sebegitu ingin tahu akan hasil Ujian saya. Bapak sangat menaruh harap agar anak tertuanya itu tidak putus harapannya. Pada saat perasaan itu dilimbung kegelisahan, Bapak datang di luar dugaan. Saya bertekad dan berharap agar saya tidak mengecewakan orang yang telah menaruh kepercayaan oada saya.
..
Dan kegelisahan itu terjawab esok harinya.
Alhamdulillah
saya lulus
teman CG lulus semua.
tetapi hasil itu jauh dari harapan saya. Mungkin saya masih belum tahu akan harapan sebenarnya dari orang tua saya tentang hasil nilai dari UN saya. Hasil saya memang tidak terlalu buruk. Tetapi itu hanya tidak memenuhi harapan.
Saya bersyukur
Tetapi saya sedih.
...
Karena orang tua saya telah melakukan banyak hal sehingga mereka pantas disebut orang tua yang baik. Bapak saya dengan segala pengorbanannya hingga ialah yang memang pantas saya sebut sebagai Bapak. Mama saya dengan segala doanya hingga ialah yang memang pantas saya sebut sebagai Mama.
tetapi
Saya dengan segala usaha yang telah saya lakukan, sepertinya masih belum maksimal untuk seorang anak yang ingin membanggakan orang tuanya. Saya bukan mengeluhkan hasil yang saya dapat. Tetapi Usaha yang belum maksimal. Usaha yang membuat saya pantas menjadi anak yang memenuhi harapan Orang tuanya.
...
Jika UN memang belum menjadikan usaha saya sebagai anak yang dapat membanggakan orang tuanya. Maka ada janji tersendiri yang saya buat agar dapat membuat orang tua saya bangga.
Semoga itu menjadi kenyataan.
Allahumaj'alna fii jami'i imtihanaatina minan naajihiin.
Allahumaj'alna fii jami'i imtihanaatina minal mumtaziin.
Amin
saya gak bisa kasih komentar apa-apa buat post yang ini... tapi benar-benar mewakili apa yang saya rasakan juga...
BalasHapusthanks.