...
Entah kenapa pada hari itu, Selasa 28 Juli, saya merasa ada sesuatu yang perlu saya lakukan. Perasaan itu terus menggeluti hati saya. Emosi saya terkadang menjadi agak kurang stabil, dahaga karena ada sesuatu harusnya saya lakukan, tapi tidak tahu apa yang harus saya lakukan.
Saya baru terhenyak sadar ketika di Masjid keesokan subuhnya. Saya menyadari bahwa kemarin, tanggal 28 Juli, seseorang berulang tahun. Seseorang yang dekat dengan saya, tetapi jauh dengan saya. Saya menyesali diri karena hingga lupa.
Hari itu ulang tahun adik saya, Bayu.
Dia dekat dengan saya. Karena sebagai adik laki-laki saya, usia kami hanya terpaut 10 bulan. Namun, dia juga jauh dengan saya. Saya yang menuntut ilmu di tanah madani terkadang sesat dalam hingarnya canda dan tawa di tanah ini. Seakan lupa bahwa saya juga memiliki seorang yang dekat. Adik saya.
Dia memang adik saya. Namun, terkadang terbersit di hati saya beberapa pernyataan yang membuat saya agak menyesali diri. Karena dia yang dekat dengan saya, tetapi juga jauh dengan saya.
Terkadang saya malu, saya menikmati kebersamaan dengan teman-teman saya, tenggelam dalam canda, hingga mengikrarkan bahwa teman-teman saya sangat berharga. Tetapi, seseorang yang dekat dengan saya sendiri, jarang waktu yang terluang untuk memadu kalam dengannya. Mengobrol santai untuk membicarakan masa depan nanti, jalan hidup kita, hingga bagaimana cara kita membahagiakan orang tua kita kelak, atau mungkin sekedar menatap senyumnya saja.
Terkadang sesal terbit di hati ketika saya dapat meluangkan beberapa lembaran rupiah yang saya miliki untuk saya nikmati, terkadang dengan teman saya. Tetapi jarang sekali saya memberikan sesuatu untuknya sebagai seorang kakak.
Tentu, pada subuh itu, hanya Doa yang saya hanya dapat panjatkan kepada Allah swt sebagai kado untuk adik saya. Ia yang telah bertambah umurnya, lebih dewasa, tetapi juga memasuki masa di mana pencarian jati diri adalah fokusnya. Dan di saat seperti itulah, seharusnya seorang kakak ada untuk mendampingi. Meski hanya seberkas lilin dalam kamar gelap yang dingin, semoga dapat menerangi dan menghangatkan.
Semoga seiring dengan fajar subuh itu, kedewasaan, hidayahNya, rahmatNya, selalu mengiringi adik saya.
Dalam komik epik Naruto, Itachi rela dibenci agar sang Adik bisa mendapatkan sesuatu yang ia butuhkan dan dapat menjaganya, menyiksa diri dan perasaan karena harus rela dibenci oleh adik yang sangat ia sayangi dan ia lindungi. Hingga harus berakhir dengan membawa nama buruk agar nama baik adiknya melambung.
Saya memang bukan kakak yang seperti itu. Tapi saya akan mencoba untuk menjadi kakak yang lebih baik. Menjadi kakak yang baik untuk adik-adik saya.
As the sun warms and covers the world from the cold of the night, i'm still trying to be a better eldest brother. Perhaps, to be a best eldest brother
Terima kasih saya untuk adik-adikku, yang dekat tapi jauh. Karenanya, saya dapat bertahan di tanah madani.
'''Buat seluruh kakak yang mencoba merefleksikan perannya sebagai seorang kakak untuk adik-adiknya.
subhanallah..
BalasHapusterharu,,
ngikz ngikz..
BalasHapushikz hikz..
ichaal..
*singg..
gag bisa diucapin ah.. liat ekspresi ana aja..
hhe
hmmmmm........
BalasHapusuyut....uyut.......
bkin sedih aja.....