Sebuah curhatan dari orang yang udah lebih dari tujuhbelas taun menghirup oksigen di permukaan bumi (dalem aer juga pernah, waktu ampir tenggelem)
..
Life is a kind of competition
winner gets everything
loser gets nothing
..
Persaingan untuk bisa mencari yang tidak tersisihkan. Dan yang tersisihkan itu mati? Wajar kata sebagian orang. Dalam persaingan yang meruncing itu juga banyak sekali cara untuk menjadi yang tak tersisihkan. Sistem yang dipakai dalam persaingan itu juga spertinya sudah banyak yang usang dan mulai berkarat. Subjektivitas berbalut kemunafikan mewarnai persaingan yang menyebabkan orang-orang tersisih semakin termarginalkan. Di balik senyuman palsu itu, berbaring kebohongan-kebohongan kejam yang tak bisa terungkap. Peraturan-peraturan yang semakin rapuh digerus pelanggaran dan nilai-nilai yang telah disayat oleh mereka yang seharusnya menjalankannya.
..
..
Dengan alasan kemudahan kah?
Esensi dari pelaksanaan norma itu harus digerus? Semua tahu itu. Tapi semua diam. Menganggapnya sebagai sebuah kewajaran. Hidup seenak jidat sendiri, tidak peduli perasaan yang akan tertumbuk dengan apa yang dilakukan.
Diferensiasi strata dianggap sebagai suatu hasil dari interaksi sosial. Hal ini menyebabkan mereka bisa tertawa atas kekalahan yang lainnya. BAHKAN, menganggap kepergian dari yang tersisih sebagai suatu kewajaran. Sial!!
..
Apa yang bisa dipertahankan dari bangunan yang tiangnya sudah rapuh dan melapuk hancur?
Menunggu Kehancurankah?
Bahkan rasa bosan ini menggerogoti nadi untuk memberontak, tapi tak bisa. Rasa bosan dan lelah akan segala kemunafikan yang terpampang jelas dalam etalase kehidupan ini. Mereka sebut itu cinta. Padahal yang mereka lakukan adalah menyayat nilai-nilai yang hanya ada di tanah yang mereka tidak tahu sama sekali.
Does it end??
..
..
..
Kayaknya enggak juga
Bumi, dengan segala kegelapan dan persaingannya, gak gitu-gitu amat
Memang hal buruk dari hidup ini nggak bisa disembunyikan
Tapi memang karena ini Bumi, bukan Surga
Manusia emang hidup untuk menatap segala kemunafikan itu
Manusia emang hidup untuk menatap segala kerusakan itu
Manusia emang hidup untuk menatap segala kehancuran itu
tapi yang terpenting adalah bukan hanya untuk memaki, mencela, dan mendendam atas segala sisi buruk bumi
TETAPI untuk berusaha memperbaikinya
dari kerusakan yang sebesar biji atom pun
..
Jika kita percaya sesuatu akan hancur, maka sesuatu itu akan hancur
APABILA kita hanya diam dan memaki kehancuran itu
Tapi jika kita tahu akan ada kehancuran, dan kita masih berusaha
maka mungkin kehancuran itu bisa terelakkan
at least, nggak ancur-ancur amat.
Everything has two sides or more
..
This life is probably rotten
It's easier to run
but, as the sun shines in the dawn
there's hope in every pieces of light
as our willingness to change
.
.
Peraturan dan kehidupan yang stagnan itu tergantung dari kita ngadepinnya
Hidup ini kaya stage game, yang akan naek setiap kita menyelesaikan stagenya
Bukannya di game juga ada aturan ya.. Biar bikin gamenya susah. Biar bikin gamenya gak ngebosenin.
So, if they said that there'll be destruction
I'd like to stand
Trying to stand
karena ane percaya ane nggak sendirian. Masih ada orang yang pengen melakukan perubahan. Perbaikan. Mempertahankan nilai-nilai. Sebaik Mungkin. Sehingga kita bisa buktikan bahwa kita nggak akan berakhir di sini.
Fight together..
Win together..
..
..
(ngaco? emang...)